Sabtu, 07 Mei 2011

Peradaban Tua Kerinci in Literatur

Kerinci merupakan kawasan hutan belantara dulunya, nan indah dan sejuk. Sekelilingnya adalah Taman Nasional Kerinci Seblat. Memperhatikan legenda sejarah yang berkembang selama ini. Nama Kerinci berasal dari kata, Kering dan cair. Ini memang benar adanya. Karena ramalan cuaca kadang tidak cocok, karena curah hujan tidak teratur, hingga tidak bisa memastikan.

Dibahagian lain, kata Kerinci ini ada yang memberi prediksi kata ci-ci, yang artinya anak Kunci. Dalam sejarah Tiang Bungkuk Panduko Rajo, berasal dari cina. Kunci ini pembuka rahasia Kerinci.Anak kunci ini hilang diwilayah Keliling Danau. Benar tidaknya sejauh ini belum diungkapkan.

Asal Usul Orang Kerinci Menurut Tambo Kerinci

Berbicara tentang asal usul, Uhang Kincai Umar Ali ( 60) Mantan Depati Atur Bumi mengungkapkan, bermula dari lembaran sejarah, Iskandar Zulkarnaen menikah dengan Zailun melahirkan empat orang anak masing-masing, Maharajo Dipang turun ke negeri cina, Maharajo Alip, Maharaja diraja turun kenegeri Sumbar,tepatnya dinegeri perhiangan Padang Panjang. Empat Indar Jati,orang pertama turun ke negeri Sumbar dengan menepati kawasan gunung emas atau Gunung berapi, Pariaman Padang Panjang. Ia menikah dengan Indi Jelatang melahirkan keturunan dua orang diantaranya, Datuk perpatih nan Sebatang dan Indarbaya.

Indar Jati dengan anaknya, Indarbaya, berlayar pula ke luhak Alam Kerinci. Sedangkan perpatih nan Sebatang. Karena asik bermain dengan rekanya, ia tidak ikut serta. Kemudian dipersiapkan alat untuk berangkat. Pertama Payung Sekaki, Tombak, serta tongkat nan sebuah, keris nan satu dibawa pula kambing nan seekor.

Dalam perjalanan menuju luhah alam Kerinci, ia kesulitan. Karena medan tempuh rute laut lepas. Kemudian Allah menurunkan petunjuk dengan menerbangkan daun sintuh dengan berlabuh di Gunung Jelatang.

Tahun berlalu musim berganti, ia melahirkan anak tiga orang masing-masing indar bersusu tunggal, Indar bertelawang lidah, Indi Mariam serta Indar bayo.

Kemudian setelah anaknya dewasa. Indar tunggal dinikahkan dengan Puti Samaiyah, penghuni Gunung Jelatang itu melahirkan pula anak tiga orang diantaranya, Puti Dyang indah, Puti Dayang Ramaiyah.Kemudian Puti Dayang Indah melahirkan anak lima orang. Yaitu, Dari Indah, Daristu,Indi cincin, Mipin, Mas Jamain. Puti Ramaiyah melahirkan anak satu orang Yakni, Sibungo Layu. Puti Dayang Rawani, pernikahan dengan seorang laki-laki, Abdul Rahman, asal Jawa Mataram melahirkan keturunan bertempat di Jambi masing-masing tiga orang, Karban, Kartan, kalipan.

Sementara di Jawa Mataram terdapat tiga orang pula. Yaitu, Nahkudo kubang, Nahkudo Belang, Gajah Mada. Dari Indah melahirkan pula Incik permato, Intan bermato, Lilo Permato. Daristu melahirkan pula keturunan tigo orang, Patimah, Unggu, Mangku Agung. Sedangkan indi Cincin melahirkan keturunan, Jaburiyah, Jabulino. Mipin melahirkan satu orang, Puti Sepadan. Mas Jamain suaminya, Sutan Maalim hidayah, asal Pagaruyung melahirkan keturunan Sirujan Angin.

Dituturkan, Indar Jati yang gaib. Yang tiada kembali dalam persemadian dialam gaib. Indar bersusu tunggal, gelar Depati batu hampar, setelah melihat kehilir dan kemudik air laut telah surut. Maka dipecahlah pembagian wilayah, untuk menunggu kawasan negeri yang dibagi itu masing-masing.Incik Permato menungu latih Koto Pandan, Pondok Tinggi. Bajina Latih Koto limo Sering, Sungai Penuh. Ungguk menunggu latih Koto Beringin, Rawang. Mangku Agung menunggu Tebat Tinggi, Sungai Tutung. Sibungo Alam menunggu Talang Banio, Kemantan.Puti Dayang Ramaiyah, menunggu kawasan Kemantan Darat. Dari Pembagian inilah yang disebut Latih yang enam Luhah Alam Kerinci.

Sementara itu disebelah hilir, Sirujan Angin menunggu Tamia, Mewarisi Depati Muaro langkap, Lilo permato menungu Pulau Sangkar, Mewarisi Depati Rencong Telang, Intan Bermato Sanggaran Agung, mewarisi Depati Biang sari.

Kemudian Indar Berusu tunggal diangkat pula Sultan Maalim Hidayah menjadi Depati atur Bumi. Ini disebut Depati Empat Alam Kerinci.

Kemudian didirikan pula Kerinci rendah yaitu Karban, mewarisi Depati Setio Rajo, Bangko. Kartan mewarisi Depati Setio Nyato, Parentak. Sedangkan kalipan,mewarisi Depati Setio Putih Limbur tanah Cugguk. Ini disebut tigo di Baruih.

Sibungo Alam melahirkan keturunan tiga orang,Cik Rah, Cik Kudo, Sijago-jago, Hulu baling rajo Siulak. Datang pula dari Jambi, Bandaro Putih, dengan sebutan pangeran Temengung dengan membawa kain kehormatan diberikan kepada Depati Muaro langkap di Tamia. Depati Rencong Telang di Pulau Sangkar. Depati Biang Sari di Pengasi. Depati Atur Bumi di Hiang.

Oleh Depati Atur Bumi dibagi pula kain kebesaran olehnya dengan Delapan bahagian, Depati Serah Bumi di Seleman . Depati Mudo Penawar, Depati Kepalo Ino, Tanah kampung. Depati Mudo bertelawang lidah di Rawang. Depati Sekungkung Putih di Sekungkung. Depati Kepalo Sembah di Semurup. Depati Setuo di Kemantan. Depati Atur Bumi/ Depati Atur Bayo di Hiang. Ini disebut Delapan Helai di Kerinci.

Pusaka Orang Kerinci

Ada beberapa pusaka, Bukti dari zaman kerajaan ini, yang dinilai masi memiliki nilai mistik diantaranya, keris sampai kini dinyatakan hilang. Sedang tombak serta gading gajah, yang tersimpan. Konon, bila diritualkan dimusim panas. Bisa mendatangkan karomah berupa Hujan deras.

Semua pusako ini tersimpan dirumah pusako atur Bumi, yang hanya diturun mandikan secara sacral bila ada kenduri pusako, yang dilaksanakan lima tahun sekali.

Dalam beberapa penelitian tentang asal usul uhang kincai, sebagaimana diuraikan dalam buku seminar adat Kerinci tahun 1985-1990, yang ditulis Yatim Abbas menguraikan secara gamblang.Ia menyebutkan bahwa Nenek Moyang orang Kerinci telah cerdas. Ini mengacu system pembagian waris, yang telah diatur, terutama mengenai hukum waris ini. Ini telah ada beberapa ribu tahun yang silam.

Dengan hadirnya sistem dan cara pembagian waris itu. Ini menunjukan mereka telah menanamkan asaz-asaz pengamanan yaitu secara preventif, untuk mencegah menghindari timbulnya hal-halyang kurang baik bagi anak cucunya dikemudian hari. Dengan demikian unsur Pancasila telah ada di Kerinci sejak dulu kala.

Dipaparkan, mulanya suku bangsa Kerinci pernah menganut system kekeluargaan yang tertua di dunia, yaitu system keibuaan ( Materilineal. Kemudian menganut sistim kekeluargaan bersegi dua ( Parental) yang lebih berperikemanusiaan, tetapi belum dapat diketahui tuanya suku bangsa ini termasuk type mana suku bangsa Kerinci itu.

Dari Perkakas yang ditinggalkan, benda-benda bersejarah/ Prasejarah itu yang ditingalkan itu, bukan hanya angka tahun dapat diketahui tingkat kecerdasanya. Mengenai type manusia penghuni alam Kerinci sepanjang buktiyang ditemui menunjukan suku bangsa Kerinci bertype Melayu tua ( Proto malayers) atau termasuk induk( ras) tertua.Hal ini didasarkan pada penelitian sarjana asingyang pernah menyelidiki Kerinci antara lain,Prof. Dr. Jasven Ali.M. A. Ahli sejarah berkebangsaan Australia tahun 1963, dengan contervarnya, Drs. Syofyan Sani, pada Markas besar kapolisian RI Jakarta. Dr. David. Sundbukht ahli Antropologi berkebangsaan Swedia tahun 1980 dengan countervarnya, Idris Jakpar SH, Lektor Jambi kala itu. Dr. J.P.H Duyhendak ahli Antropologi berkebangsaan Belanda sebelum perang dunia ke dua.

Bukti sejarah

Bukti sejarah dan prasejarah itu dulunya, di pukau Sumatera ( Pulau Perca) hanya terdapat disekitar Danau Kerinci, benda itu berupa Kapak Ganggam, Flakes Obsidian, disebut Mikrolith, Batuyang indah, Permata.

Bukti serupa ditemukan juga didataran tinggi Asia Tenggara, tempatnya menurut Prof. Kern adalah di Tonkin, dan menurut V.H. Golden berasal dari Yunan, menjelaskan terdapat ada hubungan Kebudayaan Kerinci dengan dataran tinggi Asia Tenggara.
Bukti- bukti ditemukan itu dibenarkan oleh Dr. Bener Bron serjana Kesenian berkebangsaan Amerika dalam penelitianya tahun 1973, bahkan beliau berkata,” Kerinci sudah terkenal didunia. Karena bukti sejarahnyayang tua,”. Kemudian diperkuat pula oleh hasil penelitian Mr. Bill Watson, sarjana kebangsaan inggris dalam penelitian tahun 1975.

Dari bukti ditemukan itu dapat dikemukakan bahwa suku bangsa Kerinci dilihat dari Antroplogi fisik adalah Melayu tua. Sedangkan bukti kebudayaan menurut antroplogi budaya mereka telah melalui zaman Mezolitikum (Zaman batu Menengah)yang dioperkirakan 400 tahun sebelum nabi Isya.

Selain itu, Kerinci telah memiliki tulisan yang dinamakan “ Incong” terdapat pada Gading Gajah Hiang, Tanduk kambing, yang menceritkan asal usul orang Kerinci, mengenai adat istiadat, Batas Wilayah. Selain itu bangsa Melayu Tua lebih senang didataran tinggi, yang pada umumnya adalah rakyat pegunungan.

Pada Zaman Neolitikum ( Zaman batu baru) nenek moyang suku bangsa Kerinci sudah bertempat tinggal tetap, tetapi tidak lagi mengumpulkan makanan ( Food Gathering) tapi sudah menghasilkan makanan ( Food Produkting), artinya sudah bercocok tanam, beternak.

Sementara itu tahun 2003 ditemukan pula di Gunung Raya, Sungai Hangat,tepatnya di SLTP tiga. berupa artefak, fragmentaris, ekofak Dynasti cina terdiri dari gerabah keramik Cina dan obsidian, batu asahan.manik-manik, pisau kecil, batu bulat, ekofak terdiri rahang gajah dan tanduk rusa.

Demikian juga dengan Tamia berupa batu patah sebelah utara dengan ukuran 2,27 meter x 1,5 meter, makam kuno dengan panjang arah barat timur 125 meter.

Temuan ini, kata Alimin, Budaya sejarah dan purbakala pada Dinas Pariwisata Kerinci berdasarkan kesejarahan material diduga 500 tahun sebelum Masehi.
Ini dilihat pula pada periode sejarah data keramik cina dinasti sung, Qin, Ming, yuan. Masa ini berlangsung pada periode tahun 960,1279.

Penggalian dilakukan oleh empat orang peneliti asal Jerman masing-masing Dr. Raff Dominik Bonat, Dr.Doretha Mechild Main Mai leejoa, Dr. Ulrike Susane Summer dibantu rekanya, Betiene logman, Mahasiswa Leiden Universiti, Dra. Dwi Yukiani, M.Hum, Pusat penelitian Arkelogi Jakarta. Agus Widiatmoko,SS. Balai pelestarian penelitian Purbakala jambi dengan konsultan peneliti Poff. Dr.Wolfgang Marshell, pakar Arkeologi Switzerland.

Senin, 18 April 2011

GALERI SEJARAH SMK SRI PANTAI KG. KERINCHI KUALA LUMPUR DIRESMIKAN


Oleh : Azhari Baharuddin
Mhs Pascasarjana Univ. Malaya

Untuk mengenang jasa para pendatang asal Kabupaten Kerinci, Jambi yang membuka daerah Kampung Kerinchi di pinggiran Kuala Lumpur, beberapa tokoh masyarakat keturunan Kerinchi di Malaysia berinisiatif membuat galeri yang menceritakan kedatangan orang-orang Kerinci di Malaysia. Ide awalnya datang dari  Prof Dr. Datuk Abdul Latif Bin Abu Bakar, Ketua PIBG Sekolah Menengah Negeri Sri Pantai, Kampung Kerinchi, tempat galeri ini ujar Ketua Bagian Pelayanan Departemen Museum Malaysia, Moh. Noorzairi Salleh kepada Tempo, Jum’at, 15 April 2011. Sebelum memberi penjelasan, Noorzairi menyatakan, memang sempat terjadi salah pengertian antara pihak sekolah dengan pejabat dari Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia, tentang konsep galeri tersebut. Konsep pihak sekolah, kata Noorzairi, galeri ini akan menceritakan tentang kedatangan orang-orang Kerinci ke Malaysia hingga membuka kampung Kerinchi di pinggiran Kuala Lumpur. “Namun pihak Kabupaten Kerinci mengira Malaysia akan membuat museum tentang sejarah Kerinci secara keseluruhan” jelasnya.
Prof. Dr. Abdul Latif Bin Abu Bakar Ketua PIBG SMK Sri Pantai
Malaysia ingin mengabadikan sejarah dan budaya Kerinci melalui Galeri Sejarah yang telah diresmikan oleh Dato Ibrahim Bin Ismail Ketua Pengarah Muzium Negara Malaysia di saksikan oleh Bapak Bupati Kerinci H. Murasman dan Arlis Harun Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Kerinci di SMK Sri Pantai Kg Kerinchi Kuala Lumpur, Senin (18/4/2011). Proyek ini diupayakan akan diteruskan pada sejumlah lokasi perkampungan yang dirintis etnis asal Indonesia. Budayawan sekaligus Ketua Persatuan Bapak Ibu Guru (PIBG) SMK Sri Pantai Kg Kerinchi Kuala Lumpur  Prof Dr. Dato Abdul Latif  Bin Abu Bakar mengatakan, para pendatang di perkampungan Kerinchi, yang merupakan pusat permukiman masyarakat asal Kabupaten Kerinci, Jambi, telah memberi peranan besar dalam pembangunan Kuala Lumpur. Namun, kampung seluas 60 hektar ini semakin lenyap seiring pesatnya pembangunan gedung perkantoran dan pusat bisnis. "Karena itulah, keberadaan Galeri Sejarah merupakan upaya mengabadikan sejarah dan budaya Kerinci," kata Abdul Latif  dalam rangka peresmian Galeri sejarah Sekolah Menengah Kebangsaan Sri Pantai, Kuala Lumpur.
Peresmian disaksikan langsung oleh Bupati Kerinci, Kepala Dinas Pariwisata Prof. Dr. Abdul Latif Bin Abu Bakar dan Guru Besar SMK Sri Pantai Kg. Kerinchi Kuala Lumpur Malaysia
Pekan lalu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Arlis  Harun S.pd mengatakan, Sejumlah benda peninggalan budaya dan sejarah akan dipamerkan, seperti alat musik gong ketuk, rebana sikek, sandu (sejenis seruling), dan gendang kerinci dari kayu surian. Kepala SMK Sri Pantai Hamidah mengatakan, tidak ada kepentingan politis di balik pembangunan Galeri Sejarah Kg Kerinchi ini.
Galeri Sejarah
Warga Tanjung Tanah
Galeri Sejarah Kerinci mulai dibangun pada 2006 dan selesai dalam dua tahun.  Galeri memamerkan pakaian adat Kerinci, alat pertanian berupa parang panjang, parang pandak, pedah, atau pedang, tangkai beliung. Ada juga lukah ikan panjang (Lukah  belut), jangki, gong ketuk dari bambu, serta alat rumah tangga dari anyaman pandan. Seluruh dinding galeri dipenuhi papan informasi tentang sejarah dan budaya Kerinci, serta foto para perintis Kampung Kerinchi di Malaysia. Dalam peresmian tersebut akan ditampilkan persembahan kumpulan Dikir Barat SMK Sri Pantai Kg. Kerinchi dan persembahan kesenian khas Kerinci seperti Sike Rabana, Suling Bambu dan Tari Rangguk.
Kumpulan Dikir Barat SMK Sri Pantai
Persembahan Kesenian Khas Kerinci Sike Rebana
Tari Rangguk Kerinci
Menurut Abdul Hakam Jamaluddin keturunan kelima pengasas Kampung Kerinchi, Kuala Lumpur saya melihat pembangunannya ketika ini akan merumitkan lagi keadaan. Ini kerana ada projek perumahan rakyat dan pembinaan pusat perdagangan akan menyebabkan berlaku kesesakan lebih ketara akibat pertambahan penduduk. Malah lebih mengecewakan apabila pembangunan pusat perdagangan ini tidak menggambarkan unsur tempatan. Perkara ini terbukti apabila pusat perdagangan yang ada di Kampung Kerinchi diberikan nama baru seperti ‘The Sphere’ dan ‘Bangsar South’. Penggunaan nama ini seolah-olah cuba untuk menafikan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan seperti terkandung dalam Perlembagaan Negara.
Bupati bersama dengan Ahli Waris Abdullah Ahmad
Bupati Kerinci, Ketua PAKHS Mohd Taufik Hj. Osman bersama dgn masyarakat Kerinci di Malaysia
Keadaan ini menunjukkan dengan menggunakan perkataan Inggeris ini akan memberi nilai eksklusif pada pusat perdagangan untuk menarik minat orang datang ke situ. Padahal mereka tidak menyedari tindakan pemaju itu cuba menghilangkan nilai sejarah asal di samping menolak unsur kebudayaan bersifat tempatan. Mereka ini tidak menyedari Kampung Kerinchi pada asalnya dibuka dan diasaskan orang Melayu yang berketurunan Kerinchi dari Sumatera sejak abad ke-19. Orang bertanggungjawab membuka penempatan di Kampung Kerinchi ini ialah Haji Abdullah Ahmad, berasal dari Tanjung Tanah, Kerinci. Pada waktu itu, penempatan yang dibuka ini diberi nama sempena namanya iaitu Kampung Haji Abdullah. Selepas kematian Haji Abdullah Ahmad, nama Kampung Haji Abdullah ditukar kepada Kampung Kerinchi oleh Tok Empat atau Ketua Kampung ketika itu kerana majoriti penduduk di sini terdiri daripada orang Kerinchi. Sumbangan orang Kerinchi begitu besar di samping masyarakat Melayu lain seperti Minangkabau, Mandeiling, Jawa dan Bugis. Bahkan kepentingan orang Kerinchi dalam membangun-kan Kuala Lumpur diangkat dalam pentadbiran Kesultanan Selangor ketika itu apabila Haji Abdullah Hukum dilantik menjadi Datuk Dagang untuk mewakili orang Kerinchi di Kuala Lumpur.
Bupati bersama dengan Pewaris Abdullah Ahmad
Oleh itu, saya berharap pihak terbabit mengambil perhatian dalam mengekalkan nilai tempatan terutama membabitkan warisan dan sejarah orang Melayu di sini. Dalam hal ini saya bukan hanya menumpukan kepada Kampung Kerinchi saja, malah merangkumi nilai warisan orang Melayu di Kuala Lumpur. Pembangunan di Kuala Lumpur yang begitu rancak selepas merdeka menyebabkan orang Melayu mengalami krisis kehilangan jati diri dari segi warisan dan budaya mereka. Banyak nama perkampungan Melayu di Kuala Lumpur yang wujud ketika zaman penjajahan British sudah hilang ditelan zaman atas nama pembangunan. Apa yang perlu dipersoalkan di sini ialah kehilangan nama perkampungan Melayu ini bukanlah dilakukan penjajah tetapi dilakukan oleh kita sendiri sebagai generasi baru yang boleh dikatakan tidak begitu menitikberatkan kepentingan khazanah sejarah warisan negara.

Minggu, 17 April 2011

" Pak Murasman itu Bangun Galery di Malaysia"

SUNGAIPENUH - Warga masyarakat Kabupaten Kerinci terpurangah mendengar kabar Pemerintah Kabupaten Kerinci membangun sebuah Museum Kerinci di Malaysia. Menurut rencana akan diresmikan oleh Bupati Kerinci Murasman bulan April mendatang.
" Hebat Pak Mursaman itu, kalau memang dibangun Musium Kerinci di Malaysia. Kan warga Kerinci banyak di sana, juga memperbaiki hubungan kedua negara, cukup maju pikiran beliau." ujar Kardi, warga Kabupaten Kerinci.
Sedangkan di mata DPRD Kabupaten Kerinci, sangat menyesalkan kalau memang Murasman membangun Musium di Malaysia.‘’Bila hal itu memang terjadi Bupati Kerinci H Murasman harus bertanggung jawab baik secara moril maupun secara hukum da perbuatan itu jelas, pelanggaran serius’’ ujar anggota DPRD Kabupaten Kerinci, H. Ahmadi Ilyas.
Menurut Ahmadi Ilyas hingga saat ini DPRD kerinci, belum pernah membahas anggaran untuk pendirian musium," Jangankan di Malaysia di Kabupaten Kerinci saja belum pernah dibahas anggarannya," tegasnya.
Nada yang sama juga dikemukakan  Burhan Dpt  salah satu tokoh masyarakat Kerinci, terkejut kabar yang mengatakan H. Murasman akan meresmikan musium di Malaysia. ‘’ Kalau memang itu benar, ini tidak bisa dibiarkan. Apalagi isi dari musium itu nantinya benda-benda  bernilai sejarah yang tidak ternilai harganya  yang berasal dari Kerinci bakal dipajangkan  di dalam musium itu nantinya.’’ ujarnya.
Dari informasi tim kesenian dan para pejabat Kerinci sebagian sudah berangkat hari Rabu (13/4) kemarin,  yang diketuai oleh Kadis Pariwisata Kerinci yang semula bersama dengan Bupati Kerinci, karena ada kunjungan kerja Derjen Pekerjaan Umum dan menyampaikan LKPJ nya dihadapan anggota DPRD Kerinci Kamis (14/4) sehingga Bupati Kerinci membatalkan bertolak bersama rombongan.

Sekretaris Pariwisata Kabupaten Kerinci, Drs Amriswarta, membenarkan bahwa duta-duta kesenian kerinci telah bertolak ke Malaysia, Rabu (13/4) kemarin, namun membantah bahwa Pemerintah Kabupaten Kerinci telah mendirikan museum di sana.

" Rumor itu tidak benar, yang benar Pemkab Kerinci membangun sebuah galery yang berfungi sebagai pusat promosi pariwisata Kabupaten Kerinci, adapun benda yang akan dipajang berupa data-data dan poto-poto potensi wisata dan budaya di kabupaten kerinci, bukan benda bersejarah sebagai mana disinyalir pihak lain.’’katanya.(Infojambi.com/BS)

Sabtu, 16 April 2011

Peresmian Galeri Sejarah Sekolah Menengah Sri Pantai Kuala Lumpur Malaysia

Peresmian Galeri Sejarah SMKSP Kuala Lumpur Malaysia
Oleh : Ustadz H. Faisal Anas
ketua HKK-Malaysia

Galeri Sejarah Sekolah Menengah Sri Pantai  Kuala Lumpur yang direncanakan akan diresmikan pada hari Senin 18 April 2011. Yang diresmikan oleh Ketua Pengarah Jabatan Muzium Negara Malaysia Dato Ibrahim Bin Ismail disaksikan oleh Bupati Kerinci H. Murasman S.pd. MM. Galeri tersebut diisi dengan benda-benda  peninggalan sejarah Kerinci yang di bawa oleh kepala Dinas Pemuda, Pariwisata dan Kebudayaan Kerinci atas nama pemerintah Kabupaten Kerinci. Kami atas nama Himpunan Keluarga Kerinci Malaysia (HKK-M) tidak terlibat dalam hal ini.
Barang-barang pusaka tersebut di boyong ke malaysia tanpa mendapat restu dari masyarakat Kerinci. Banyak memang yang menyayangkan "budi baik" pejabat Pemda Kabupaten Kerinci yang dengan sukarela membawa warisan budayanya ke Malaysia. Menurut Ketua Harian Dewan Kesenian Jambi (DKJ) Naswan Iskandar SE, sko Kerinci adalah aset kebudayaan utama bagi provinsi Jambi karena tidak ada kabupaten lain di Jambi yang memiliki peradaban begitu lengkap dan runut seperti Kerinci. Karena itu, segala upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan aset besar tersebut. "Upaya penyelematan tidak cukup hanya dilakukan oleh masyarakat setempat, pemerintah daerah juga harus memiliki political will, kemauan atau kesadaran untuk melakukan upaya-upaya revitalisasi dan proteksi," kata dia. Pemkab, kata dia, tak seharusnya lantas gelap mata karena tersanjung mendapat apresiasi Kerajaan Malaysia yang menghibahkan museum kebudayaan Kerinci di Malaysia. Hal tersebut justru semestinya dicurigai karena sangat berkemungkinan adanya niat halus Kerajaan Malaysia ingin memindahkan keberadaan sko-sko Kerinci ke negerinya.

Upaya proteksi semestinya dilakukan sedari awal, baik dengan bentuk segera mematenkan berbagai produk budaya tersebut ataupun menjadikan aset tersebut jadi materi penting dalam kependidikan, baik formal maupun nonformal. Apalagi saat sekarang pemerintah pusat melalui Kemenbudpar tengah gencar mendaftarkan produk budaya bangsa RI ke UNESCO, semestinya Kerinci memanfaatkan kesempatan ini, katanya. Beberapa sko Kerinci sangat khas dan langka, tidak ditemukan ada di tempat lain, seperti halnya naskah melayu tertua berupa kita undang-undang di Desa Tanjung Tanah yang merupakan warisan dari raja Melayu pra-Islam, yakni Adityawarman. Lalu beberapa bentuk budaya lainnya seperti aksaran Incoung, seni bersenandung Tale, tradisi tutur Kunoun dan Kba, berbagai seni pertunjukan tradisional seperti tarian, teater, dan atraksi warisan budaya megalitik seperti tari asek, tari rangguk, marcok. Begitu juga dengan warisan sastra berupa mantra, pantun, seloko, penno, tambo, dan lain sebagainya. "Kesemua itu tidak ditemukan lagi di daerah lain di provinsi Jambi, masyarakat Kerinci malah harus berbangga karena telah mampu merawat dan melastarikan keberadaannya hingga jadi warisan budaya yang luhur dan abadi hingga kini," ucap Naswan.
“INGAT MENGELUARKAN HARTA,BUDAYA, KE NEGARA LAIN “
Pada Pasal 109 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya yang berbunyi, setiap orang yang tanpa izin Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, membawa benda cagar budaya ke luar wilayah NKRI, sebagaimana yang disebut pasal 68 ayat 2 dapat dipidana dengan pidana penjara minimal 6 bulan, maksimal 10 tahun dengan denda minimal Rp 200 juta, dan maksimal Rp 1,5 miliar. Sedangkan pasal 68 ayat 2 berbunyi, setiap orang dilarang membawa benda cagar budaya sebagaimana ayat 1 kecuali dengan seizin menteri Budpar.

Jumat, 15 April 2011

Bumi Kerinci Simpan Benda Purbakala


Tribun Jambi - Jumat, 10 Desember 2010 11:01 WIB
10122010_Porbakala_kerinci.jpg
tribunjambi/edi januar
Benda purbakala berupa guci dan tembikar yang ditemukan di SMAN 2 Gunung Kerinci, Kerinci
KABUPATEN Kerinci, yang merupakan kabupaten paling barat Provinsi Jambi, tidak hanya memiliki keindahan yang tiada duanya, namun juga memiliki kebudayaan dan peradaban yang sudah ada sejak ratusan tahun silam. Hal tersebut terbukti, dengan banyaknya peninggalan-peninggalan bersejarah, yang tersebar di semua wilayah Kabupaten Kerinci.



Seperti benda purbakala yang baru-baru ini ditemukan di Desa Siulak Tenang, tepatnya di SMA2 Gunung Kerinci. Siswa yang tengah asyik mengikuti kerja bakti, untuk membersihkan lingkungan sekolah, tiba-tiba terkejut karena cangkul mereka mengenai sesuatu benda yang cukup keras. Setelah diangkat, ternyata benda tersebut adalah pecahan guci dan mangkok yang terbuat dari tembikar (tanah liat).

Benda-benda bersejarah tersebut awalnya ditemukan pada kedalaman satu meter. Namun karena merasa penasaran, akhirnya siswa meneruskan penggalian, dan hasilnya pada kedalaman 1,5 meter, kembali ditemukan tumpukan pecahan guci dan gerabah.

Waduh.. Belajar tentang Kerinci Harus ke Malaysia


Tribun Jambi - Kamis, 14 April 2011 16:50 WIB
DKJP.jpg
Tribun Jambi/Mario Eka Danardono
SIKAP-DKJ dengan tegas menolak pengiriman benda sejarah budaya jambi ke Malaysia. Sikap itu disampaikan Ketua Umum DKJ Aswan Zahari dalam jumpa pers di TBJ, Kamis (14/4/2011).
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Mario Eka Danardono

JAMBI, TRIBUNJAMBI.COM - Bertempat di Taman Budaya Jambi, Dewan Kesenian Jambi menggelar jumpa pers menanggapi berpindahtangannya beberapa benda sejarah budaya Kabupaten Kerinci ke tangan pemerintah Malaysia, Kamis (14/4/2011). Aswan Zahari, Ketua Umum DKJ mengatakan bahwa upaya pemindahan benda-benda budaya ke luar negeri merupakan sebuah pelanggaran.

Selain itu, Aswan juga menegaskan bahwa masyarakat Jambi akan menanggung banyak kerugian seandainya benda-benda sejarah budayanya berpindah tangan ke pemerintah asing. "Jangan sampai kita harus ke Malaysia untuk mempelajari budaya masyarakat Kerinci," ujar Aswan, Kamis (14/4/2011).

Penulis : mario
Editor : fifi
Sumber : Tribun Jambi

Rabu, 13 April 2011

Ada Museum Kerinci di Malaysia




Ilustrasi


Laporan Wartawan Tribun Jambi, Edi Januar
SUNGAI PENUH, TRIBUNJAMBI.COM – Kabupaten Kerinci dan Malaysia bisa dibilang sangat akrab. Bahkan, menurut sejarahnya, sejak 1819 sudah banyak warga Kerinci yang merantau ke Tanah Seberang atau Semenanjaung Malaya, dan seterusnya mereka menunaikan ibadah haji dari sana.
Salah satu wujud persatuan warga Kerinci di Malaysia, memang ada wacana untuk mendirikan museum, yang nantinya akan dijadikan tempat berkumpulnya warga Kerinci, sekaligus menjadi wadah untuk mempromosikan kerinci.
Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Kerinci, Yusman, mengakui, museum tersebut dibangun oleh warga Kerinci. Saat ini museum tersebut sudah selesai dibangun. Warga Kerinci yang tinggal di sana meminta Bupati Kerinci, H Murasman meresmikan museum Kerinci tersebut. Tujuan didirikannya museum, adalah untuk mempromosikan kerinci,” jelas Yusman.
Saat ini, lanjutnya, Kepala Dinas Pariwisata Kerinci, Arlis Harun sedang berada di Malaysia, untuk melakukan koordinasi terkait peresmian tersebut.
Sementara itu, Bupati Kerinci, Murasman, sudah menyatakan kesediaannya untuk berkunjung kes ana. Meski demikian, hingga saat ini belum ada undangan secara lisan maupun tulisan dari warga kerinci yang tinggal disana.
Kalau memang betul ada acara di sana, kita akan usahakan datang. Hal ini dilakukan demi kelestarian budaya Kerinci yang ada di sana. Namun saat ini kita belum dapat undangan,” ungkap Murasman.
Hal senada juga dikatakan Ketua DPRD Kerinci, Liberty. Ia juga bersedia hadir untuk bertemu dengan warga Kerinci di Malaysia, jika ia juga diundang disana. Bahkan jika eksekutif mengajukan anggaran untuk membangun museum di sana, maka dewan siap menyetujui anggaran tersebut,” jelas Liberty.

"Duh! Museum Kerinci Dibangun di Malaysia"

JAMBI, KOMPAS.com--
Museum Kerinci yang dibangun di Kuala Lumpur dengan bantuan dana dari Pemerintah Malaysia akan diresmikan Bupati Kerinci Murasman, pekan depan. Dikhawatirkan, benda-benda bersejarah yang ada di Kabupaten Kerinci akan dibawa ke negeri jiran tersebut.
Pemerintah Kabupaten Kerinci telah mengirimkan sejumlah benda peninggalan budaya dan sejarah Kerinci untuk dipamerkan, seperti alat musik gong ketuk, rebana sikek, sandu sejenis seruling, dan gendang kerinci dari kayu surian.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Arlis, Senin (11/4), mengatakan, Museum Kerinci dibangun di dalam kompleks Sekolah Kebangsaan di Kuala Lumpur. Pemerintah Kabupaten Kerinci telah mengirimkan sejumlah benda peninggalan budaya dan sejarah Kerinci untuk dipamerkan, seperti alat musik gong ketuk, rebana sikek, sandu (sejenis seruling), dan gendang kerinci dari kayu surian.
Selain itu, juga beragam jenis alat pertanian, seperti tangkai beliung untuk menebang kayu, luka belut (alat menangkap belut di sungai) dari bambu, dan jangki dari rotan (untuk menyimpan benda bawaan). Pemerintah Kabupaten Kerinci juga menyiapkan sejumlah naskah beraksara kuno serta berbagai jenis pakaian adat.
”Barang asli tetap disimpan di Kabupaten Kerinci, sedangkan di museum tersebut nantinya hanya duplikatnya,” kata Arlis.
Menurut Arlis, dalam peresmian pembukaan Museum Kerinci pekan depan akan ditampilkan sejumlah tarian asli Kabupaten Kerinci, seperti tari Ranggut, tari Pengobatan, dan Ngaji Adat. Museum akan diresmikan Bupati Kerinci Murasman dan disaksikan sejumlah pejabat Pemerintah Malaysia, termasuk Menteri Kebudayaan Malaysia.
Arlis menambahkan, keberadaan Museum Kerinci akan mempererat hubungan antara Kabupaten Kerinci dan Malaysia. Selama ini banyak warga Kerinci yang telah menjadi warga negara Malaysia rindu menyaksikan budaya khas Kerinci. ”Ada kedekatan budaya antara Kerinci dan Malaysia,” tuturnya.
Disesalkan
Ketua Harian Dewan Kesenian Jambi Naswan Iskandar menyayangkan tindakan Pemkab Kerinci yang sangat antusias menyiapkan Museum Kerinci di Malaysia. Padahal, hingga saat ini Kerinci belum memiliki museum di daerahnya sendiri.
”Itu namanya pemkab ceroboh. Kenapa tidak membangun museum sendiri, malah membantu pembangunannya di Malaysia?” kata Naswan.
Ia menduga keberadaan Museum Kerinci di Kuala Lumpur akan diikuti dengan diboyongnya benda-benda pusaka milik Kerinci. Ia juga mengkhawatirkan bakal adanya klaim budaya Kerinci oleh Malaysia.
Padahal, Kerinci selama ini dikenal memiliki budaya tertua di Jambi, serta memiliki kekayaan peninggalan bersejarah yang cukup lengkap. Salah satu peninggalan tersebut adalah naskah Melayu tertua berupa Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah yang membuktikan bahwa peradaban setempat telah memiliki aksara dan sistem hukum sendiri setidaknya mulai abad XIV.
Selain itu, Kerinci juga memiliki bentuk budaya lainnya, seperti seni Tale (bersenandung) dan tradisi Kunoun (tutur). Ada juga pertunjukan seni budaya megalitik sastra mantra, pantun, seloko, penno, dan tambo.

Selasa, 12 April 2011

"PERMATA KERINCI "

Pantai Pasir Panjang Tanjung Tanah Permata yang Terlupakan

Azhari Baharuddin
Oleh : Azhari Baharuddin
Kabupaten Kerinci, memiliki potensi yang cukup membangakan dibidang pariwisata, baik itu wisata alam, wisata pantai, wisata budaya, dan wisata sejarah. Dari sekian banyak tempat wisata yang ada, hanya segelintir saja yang diketahui dan dikelola dengan baik, ada beberapa tempat hanya dikelola ala kadarnya. Memang begitulah kenyataannya, kita ambil contoh seperti Pantai Pasir Putih di Koto Petai, Danau Lingkat, Danau Gunung Tujuh, Air Hangat Semurup, Air terjun Putri Bungsu serta beberapa tempat lain yang mungkin tidak disebutkan diatas. Kalau dilihat kondisi daerah tersebut, tidak satupun memiliki managemen dan sistem pengelolaan yang baik, dan terkesan asal-asalan, baik itu dari sarana transportasi, sanitasi, keamanan dan lain-lain, yang sudah pasti berakibat kurang diminati oleh pecinta wisata, baik dari daerah sekitar, maupun dari daerah lainnya.
Pemandangan Pasir Panjang Dilihat dari Sakubon Tanjung Tanah

Pantai Pasir Panjang Tanjung Tanah
Keadaan tersebut diperparah dengan kurang pedulinya instansi pemerintah terhadap potensi yang ada, mereka bekerja sesuai kavling masing-masing, tidak perduli dengan bidang mereka apakah menyentuh atau tidak. Kalau dibandingkan dengan Kabupaten tetangga iaitu Pesisir Selatan. Pesisir Selatan juga memiliki panorama alam yang cukup cantik dan mempesona seperti kawasan wisata Mandeh yang oleh pemerintah pusat dimasukan dalam rencana induk pengembangan Pariwisata Nasional (Rippnas) yang mewakili kawasan barat Indonesia. Dengan banyaknya potensi wisata yang dimiliki Pessel maka Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan membuka diri dengan mengundang investor untuk menanamkan modalnya didaerah ini.  Justru pariwisatalah yang menjadi ikon kota tersebut, sehingga hampir seluruh warga Sumatera Barat berwisata kesana dan menjadi sumber pendapatan asli daerah yang cukup besar bagi pemerintah daerahnya.


Ombak Kecil di Pantai Pasir Panjang